Gaharu Balitbang Potensial Dikembangkan

Senin, 08 April 2013 Label:
Hasil riset produksi gaharu dengan induksi jamur Fusarium solani dari kelompok peneliti mikrobiologi hutan pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang, Kementerian Kehutanan, menjadi incaran pengusaha Budidaya Gaharu asal Malaysia, Kamboja, dan Vietnam. Temuan ini memperoleh hak paten tahun 2012 dari Kementerian Hukum dan HAM.


Tim peneliti Erdy Santoso dan Maman Turjaman menghasilkan teknologi mempercepat pembentukan gaharu. Erdy, pemimpin riset, dihubungi, Kamis (7/3), di Bogor, mengatakan, riset dimulai Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) sejak 1984 dengan pencarian jenis Mikroba Pembentuk Gaharu.

Saat ini dikoleksi lebih dari 70 Isolat Mikroba Penghasil Gaharu dari sejumlah daerah di Indonesia. Ada 16 isolat yang dipastikan memiliki kemampuan membentuk gaharu secara konsisten.

Erdy menjelaskan, pohon yang diinduksi selama 3 tahun menghasilkan 4 kilogram gubal gaharu kualitas AB dan 8 kilogram kualitas kemedangan. Percobaan dilakukan terhadap pohon berumur 7 tahun. Dari hasil panen diperkirakan, nilai jual sebatang pohon yang diinduksi tidak kurang dari Rp 20 juta.

Inovasi Gaharu itu mempunyai nilai komersial tinggi dan mendapat penghargaan dari Inovasi 102 yang diselenggarakan oleh Kementerian Ristek tahun 2011.

Dihubungi di sela kunjungan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dalam rangka 100 tahun Badan Litbang Kehutanan, Kepala Puskonser Adi Susmianto mengatakan, Kemenhut membantu percepatan sosialisasi dan Pengembangan Gaharu di Indonesia, baik dari segi budidaya maupun teknologi induksi.

Tujuan akhir riset adalah memberdayakan masyarakat di sekitar hutan agar mampu membudidayakan pohon penghasil gaharu sehingga tingkat kesejahteraannya meningkat dan dapat menjaga kelestarian hutan.

Menurut Adi, pihaknya bersama para pembudidaya pohon gaharu di sejumlah daerah telah menanam tidak kurang dari 10 juta pohon gaharu di seantero Indonesia. Penanaman dilakukan di lahan masyarakat serta lahan eks tambang emas dan batubara.

Pohon gaharu perlu naungan. Hal ini sesuai diterapkan dalam bentuk tanaman campuran, seperti di bawah tegakan meranti, karet, kelapa sawit, mangium, sengon, kopi, dan cokelat.

Sumber : indonesiacompanynews

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pasutri Hangat © 2010 | Created by Foredi Gel | Toko Pasutri